Selasa, 02 April 2013

CERITA LUCU NGaKAK


Penculikan

Di sebuah rumah mewah dengan perabotan yang mahal, tampak dari ruang keluarga seorang pembantu yang tengah memasak di dapur. Tiba – tiba telepon berdering (kring…kring…). Dia langsung bergegas ke ruang tengah untuk mengangkat telepon sambil memegang ulekan di tangannya.
Pak naryo   : (Mengangkat telepon) Halo…
Penculik : Apa benar ini kediaman Pak kiki?
Pak naryo   : Ya, benar. Ini siapa ya?
Penculik : Saya penculik.
Pak naryo   : Oh…tunggu sebentar ya! Bu ada telepon dari penculik! Eh…tunggu    idulu, yang nelpon tadi…penculik…??? (Pingsan seketika)
Pak kiki : (Datang menghampiri Pak naryo) Ada apa sih Pak? Ya ampun Pak! Kok   itidur disini sih?! (Sambil menutup gagang telepon)

(Tiba – tiba telepon berdering (kring…kring…). Pak kiki langsung duduk dan mengangkat ulekan. Ia mengira ulekan itu adalah telepon)
Pak kiki : (Mengangkat ulekan) Halo…halo…Aduh maaf ya, suaranya kurang ijelas nih…(Melihat ulekan yang dipegangnya) Oh iya salah…  i(Kemudian mengangkat gagang telepon) Halo…
Penculik : Ini dengan Pak kiki?
Pak kiki : Ya dengan saya sendiri. Ini siapa ya?
Penculik : Saya penculik!
Pak kiki : Pe…pe…penculik?!
Penculiki: Ya, saya sudah berhasil menculik anak ibu. Kalau ingin anak ibu  kembali, ibu harus membayar uang tebusan sebesar Rp 1 Milyar!
Pak kiki : Apa! 1 Milyar?!
Penculik : Ya! Dan ingat, jangan laporkan hal ini pada polisi!
Pak kiki : I…iya…ya…ya…Dimana saya memberikan uang tebusan itu?
Penculiki: Di rumah kosong, Gg. Sukabangkrut. Saya tunggu sampai jam 03.00 sore. (Menutup telepon)
Pak naryo   :i(Tiba – tiba siuman) Laporin aja ke polisi bu! 1 Milyar itu kan     banyak bu!   
Pak kiki : Lho? Kok kamu dengar sih? Kamu tidur atau nguping?
Pak naryo   : Mmm…dua – duanya bu…(Sambil menggaruk kepala) Tapi, pokok – nya laporin aja deh bu!
Pak kiki : Mmm…gimana ya? Ya udah deh…(Menelepon polisi) Halo, ini Kantor Polisi? (Terdiam sejenak)Tolong saya bu! Anak saya diculik. (Terdiam sejenak) Saya Pak kiki. Rumah saya di Jl. Sukasepi no. 4. Ya, Terima  kasih ya bu. (Menutup telepon)
(Beberapa saat kemudian, Pak kiki sudah berada di depan rumah kosong yang dimaksud si penculik, bersama 2 orang polisi)
Polisi I  : Ibu masuk dulu, kami akan mengawasi dari sini.
Polisi II: Ya. Kami akan mengintai dari sini. Jadi ibu nggak perlu khawatir.
Pak kiki : Iya…iya…( Masuk ke dalam rumah kosong itu).

(Kemudian si penculik itu keluar sambil membawa anak Pak kiki yang diculiknya)
Penculik : Anda Pak kiki?
Pak kiki : Iya benar, saya Pak kiki.
Penculik : Anda membawa uang tebusannya?
Pak kiki : Ya, saya membawanya. Kembalikan anak saya!
Penculik : Enak aja! Duitnya dulu dong! Baru anaknya saya kembalikan.
Pak kiki : Nih! (Menyerahkan kantong plastik yang dibawanya pada penculik)
Penculik : Ini isinya duit?!
Pak kiki : Ya iyalah…dah tau nanya!
Penculik : Nggak bermodal banget sih! Pake koper kek! Mana isinya duit receh lagi! (Sambil menggoyang – goyangkan kantong plastik itu).
Pak kiki : Eh! Emang beli koper nggak pake’ duit apa?! Lagian kan yang penting isinya duit!
Penculik : Huh, ya udah deh nggak apa – apa. (Membuka kantong plastik itu) Hmm…niat banget nih ibu – ibu ngasih gue duit…(Bicara dalam hati).
Pak kiki : Ya iyalah…secara gitu loh…orang kaya…(Bicara dalam hati).
Penculik : Nih! Anak ibu saya kembalikan! (Sambil mendorong Dian, anak Pak kiki ke arah Pak kiki).
Dian       : Mama! (Sambil memeluk Pak kiki).
Pak kiki : Ya ampun Dian! Mama khawatir banget sama kamu sayang! Eh, ini dibuka dulu ya. (Sambil membuka plastik yang menutupi kepala Dian) Ha…! Lho kok…anak saya jadi jelek kayak gini sih, ini bukan anak saya!
Penculik : Lho?! Jadi ini bukan anak ibu?
Pak kiki : Ya…kayaknya sih dia emang anak saya, tapi dulu dia itu cantik. Nggak kayak gini! Ya udah deh, dia saya ikhlasin aja buat kamu! (Sambil mendorong Dian ke arah penculik).
Penculik : Ogah ah! Anggap saja anak ini adalah kenang –kenangan dari saya untuk ibu dan uang ini sebagai kenang – kenangan dari ibu untuk saya. (Sambil mendorong Dian ke arah Pak kiki)

(Tiba – tiba saja polisi muncul dengan mendobrak pintu)
Polisi I   : Angkat tangan! (Sambil menodongkan pisang).
Polisi II : Eh! Itu…(Sambil menunjuk ke arah pisang itu).
Polisi I   : Oh iya, maaf!
Polisi II : Angkat tangan!
Penculik : Iya, dari tadi juga dah angkat tangan kok!
Polisi I   : Kalian berdua ditangkap!
Pak kiki  : Lho! Kok saya juga ditangkap sih?! Kan yang nyulik anak saya itu dia! (Sambil menunjuk si penculik) Saya ini kan ibunya! (Sambil menunjuk Dian)
Polisi II  : Dia ditangkap karena menculik anak ibu dan ibu ditangkap karena menolak anak ibu sendiri.
Pak kiki  : Apa?! Tapi kan…
Polisi I    : Sudah! Menjelaskannya nanti saja di Kantor Polisi!
Akhirnya polisi membawa Pak kiki dan si penculik ke Kantor Polisi. Sementara itu, Dian dipulangkan ke rumahnya.

Pesan moral dari cerita ini adalah: Jangan pernah menyia – nyiakan sesuatu atau orang yang selama ini kita miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar